Nuansa Mistis di Tanjakan Emen, Dipercayai Sebagai Penyebab Kecelakaan Maut
TANJAKAN Emen (Tanjakan Cicenang) di Desa Ciater, Kecamatan Ciater, masih menyimpan misteri. Banyak kendaraan yang celaka ketika melintasi ruas itu. Banyak yang percaya kekuatan mistis yang menyelimuti kawasan tersebut sebagai penyebab kecelakaan maut.
Meskipun kondisi tanjakan tidak terlalu tinggi atau tajam, tapi panjang tanjakan yang mencapai ratusan meter hingga ke perbatasan Bandung - Subang, tepatnya pintu masuk tempat wisata gunung Tangkuban Parahu, kerap mengakibatkan kendaraan yang mengarah dari Subang menuju Bandung mengalami kelelahan, sehingga untuk kendaraan-kendaraan berat terkadang mengalami mogok atau berjalan merayap.
Sebaliknya, kendaraan yang mengarah dari Bandung menuju Subang terpaksa harus meluncur dalam waktu relatif lama meski tidak terlampau deras. Sehingga sang pengemudi dituntut untuk pandai-pandai mengatur rem, gas, kopling, atau gigi kendaraan untuk tetap menjaga keseimbangan kendaraan. Dalam situasi kendaran yang kurang prima, aktivitas menurun di tanjakan tersebut ditengarai kadang mengakibatkan ada bagian vital dari kendaraan itu yang mengalami kerusakan karena lamanya kegiatan mengerem kendaraan. Faktor inilah yang biasanya disinyalir diantaranya menyebabkan kecelakaan. “Tanjakan Cicenang ini walau tidak terlalu tinggi atau curam namun jaraknya cukup panjang. Jadi kalo kendaraan lagi naik menuju Bandung, jika muatannya berat suka merayap dan kalo gak kuat atau mogok, bisa - bisa mundur lagi hingga membahayakan kendaraan di itu dan kendaraan yang ada dibelakangnya," ujar warga setempat Ade (40).
Sebaliknya, tambah Ade kalau kendaraan sedang meluncur turun menuju Subang, kalau tidak pintar - pintar menyetir, memainkan rem, kopling, terlebih jika rem blong dan sebagainya bisa berakibat fatal. "Makanya kalo lewat sini, kendaraan harus betul-betul prima dan pengemudinya harus paham betul cara mengemudi atau paham wilayah,” ujarnya.
Namun lanjut Ade, lain dari itu, tanjakan emen itu kental dengan nuansa mistis, pasalnya bagi siapa saja yang mengendarai kendaraan melewati jalan tersebut harus melemparkan koin Rp.100, puntung rokok, atau kartu domino. "Itu yang sudah berkembang dimasyarakat, sehingga kalau tidak melakukan hal demikian, kecelakaan kemungkinan menimpa pengendara itu," paparnya.
Menurut kabar para tetua, hal itu dilakukan guna menghormati penunggu kawasan tanjakan Cicenang atau Emen. “Jadi memang sih ada sisi ‘mistis’nya juga. Bahkan menurut kabar, sebelum banyak kendaraan roda dua, para pengguna mobil yang lewat sini diharuskan menutup kaca kendaraan rapat-rapat, karena katanya suka tiba-tiba datang harimau jejadian yang mengganggu pengendara yang lewat,"ujarnya.
Aroma mistis tanjakan emen juga dibenarkan oleh banyak warga Subang lainnya. Seorang warga asal Kecamatan Pagaden Barat, Rasmanah (58) menuturkan sejak tahun 1990-an lalu, terdapat lebih dari 5 warga Pagaden Barat yang meninggal dunia akibat kecelakaan di kawasan tanjakan tersebut.
Dijelaskannya, informasi seputar mistik yang menyelimuti Tanjakan Emen kerap dia dapatkan dari mereka yang selamat dari kecelakaan maupun dari cerita orang-orang tua sebelumnya. "Ada tetangga saya yang kebetulan selamat dari kecelakaan mengaku sempat melihat seorang wanita cantik berpakaian putih muncul sesaat sebelum terjadi kecelakaan yang menimpanya. Waktu itu cuaca sedang diguyur hujan, mungkin karena jalanan licin ditambah si sopir terpesona oleh wanita itu, membuat dia lengah dan akhirnya kendaraannya tergelincir. Si sopir meninggal dunia, setelah dilihat dari cerita warga setempat, pengendara tidak melemparkan koin, puntung roko atau kartu gapleh, beruntung saya bisa selamat dalam kejadian itu," jelasnya. (Ahmad Fauzi Ridwan)
Meskipun kondisi tanjakan tidak terlalu tinggi atau tajam, tapi panjang tanjakan yang mencapai ratusan meter hingga ke perbatasan Bandung - Subang, tepatnya pintu masuk tempat wisata gunung Tangkuban Parahu, kerap mengakibatkan kendaraan yang mengarah dari Subang menuju Bandung mengalami kelelahan, sehingga untuk kendaraan-kendaraan berat terkadang mengalami mogok atau berjalan merayap.
Sebaliknya, kendaraan yang mengarah dari Bandung menuju Subang terpaksa harus meluncur dalam waktu relatif lama meski tidak terlampau deras. Sehingga sang pengemudi dituntut untuk pandai-pandai mengatur rem, gas, kopling, atau gigi kendaraan untuk tetap menjaga keseimbangan kendaraan. Dalam situasi kendaran yang kurang prima, aktivitas menurun di tanjakan tersebut ditengarai kadang mengakibatkan ada bagian vital dari kendaraan itu yang mengalami kerusakan karena lamanya kegiatan mengerem kendaraan. Faktor inilah yang biasanya disinyalir diantaranya menyebabkan kecelakaan. “Tanjakan Cicenang ini walau tidak terlalu tinggi atau curam namun jaraknya cukup panjang. Jadi kalo kendaraan lagi naik menuju Bandung, jika muatannya berat suka merayap dan kalo gak kuat atau mogok, bisa - bisa mundur lagi hingga membahayakan kendaraan di itu dan kendaraan yang ada dibelakangnya," ujar warga setempat Ade (40).
Sebaliknya, tambah Ade kalau kendaraan sedang meluncur turun menuju Subang, kalau tidak pintar - pintar menyetir, memainkan rem, kopling, terlebih jika rem blong dan sebagainya bisa berakibat fatal. "Makanya kalo lewat sini, kendaraan harus betul-betul prima dan pengemudinya harus paham betul cara mengemudi atau paham wilayah,” ujarnya.
Namun lanjut Ade, lain dari itu, tanjakan emen itu kental dengan nuansa mistis, pasalnya bagi siapa saja yang mengendarai kendaraan melewati jalan tersebut harus melemparkan koin Rp.100, puntung rokok, atau kartu domino. "Itu yang sudah berkembang dimasyarakat, sehingga kalau tidak melakukan hal demikian, kecelakaan kemungkinan menimpa pengendara itu," paparnya.
Menurut kabar para tetua, hal itu dilakukan guna menghormati penunggu kawasan tanjakan Cicenang atau Emen. “Jadi memang sih ada sisi ‘mistis’nya juga. Bahkan menurut kabar, sebelum banyak kendaraan roda dua, para pengguna mobil yang lewat sini diharuskan menutup kaca kendaraan rapat-rapat, karena katanya suka tiba-tiba datang harimau jejadian yang mengganggu pengendara yang lewat,"ujarnya.
Aroma mistis tanjakan emen juga dibenarkan oleh banyak warga Subang lainnya. Seorang warga asal Kecamatan Pagaden Barat, Rasmanah (58) menuturkan sejak tahun 1990-an lalu, terdapat lebih dari 5 warga Pagaden Barat yang meninggal dunia akibat kecelakaan di kawasan tanjakan tersebut.
Dijelaskannya, informasi seputar mistik yang menyelimuti Tanjakan Emen kerap dia dapatkan dari mereka yang selamat dari kecelakaan maupun dari cerita orang-orang tua sebelumnya. "Ada tetangga saya yang kebetulan selamat dari kecelakaan mengaku sempat melihat seorang wanita cantik berpakaian putih muncul sesaat sebelum terjadi kecelakaan yang menimpanya. Waktu itu cuaca sedang diguyur hujan, mungkin karena jalanan licin ditambah si sopir terpesona oleh wanita itu, membuat dia lengah dan akhirnya kendaraannya tergelincir. Si sopir meninggal dunia, setelah dilihat dari cerita warga setempat, pengendara tidak melemparkan koin, puntung roko atau kartu gapleh, beruntung saya bisa selamat dalam kejadian itu," jelasnya. (Ahmad Fauzi Ridwan)
izin sedot
BalasHapusthx admin atas infonya tanjakan emen
BalasHapusobat kuat viagra
viagra asli
jual viagra
viagra usa